Opini

Perawat Dalam Pusaran Corona

173
×

Perawat Dalam Pusaran Corona

Sebarkan artikel ini
FOTO : Sisilia Bili S.Kep.,Ns (Mahasiswa Magister Keperawatan Univ. Airlangga)

# Oleh Sisilia Bili S.Kep.,Ns (Mahasiswa Magister Keperawatan Univ. Airlangga)

TEROPONGNTT, KUPANG — Perawat adalah salah satu jenis tenaga Kesehatan yang selalu berada di garda terdepan untuk menangani pasien. Tidak terkecuali saat pandemi seperti saat ini. Merebaknya Covid-19 (corona/korona) selama hampir 2 tahun terakhir setidaknya memberikan warna baru dalam hal dunia Kesehatan. Perawat turut ambil bagian dalam penanganan covid-19 dengan semangat/spirit yang sama yitu menyelamatkan nyawa manusia. Anda tau sudah berapa nyawa perawat yang gugur dalam penanganan covid-19?

Tenaga Keperawatan merupakan salah satu tenaga Kesehatan yang memegang peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan dan merupakan tulang punggung di fasilitas pelayanan karena jumlahnya lebih banyak dibandingkan tenaga kesehatan lain. Perawat memiliki peran sebagai caregiver yang merupakan peran utama dimana perawat akan terlibat aktif selama 24 jam dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Selain itu, perawat juga berperan sebagai edukator yang bertugas memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien yang menjalani isolasi, keluarga, dan masyarakat umum.

Seluruh perawat pada masa pandemi yang melakukan perawatan pada pasien Covid-19 maupun Non Covid 19 telah mengorbankan kepentingan pribadi dan keluarga. Perawat telah mengorbankan keselamatan dan menghadapi ancaman tertular virus yang bisa berakhir pada kematian. Sebagai bagian dari garda terdepan dalam menangani kasus Covid-19, tidak sedikit yang mengalami kelelahan baik secara fisik dan juga secara mental. Tingginya beban kerja dalam menangani kasus Covid-19 serta penggunaan alat pelindung diri (APD) level 3 sangat berpengaruh terhadap menurunnya imunitas tubuh, sehingga risiko tertular virus semakin meningkat.

Melihat pekerjaan perawat saat ini tentu sangat berisiko namun pandangan banyak orang termasuk para pejabat yang mengecilkan nilai seorang perawat. Sama seperti kasus pada tahun 2020 yang lalu dimana ada pernyataan bahwa profesi perawat sama seperti room boy sebuah hotel. Tentu hal ini membuat PPNI merasa keberatan dan telah melayangkan surat resmi kepada kemeneterian tersebut. Kita memang tidak ingin menyatakan bahwa pekerjaan room boy sebuah hotel adalah rendah, namun menganalogikan profesi perawat setara dengan “room boy” justru mengecilkan arti dan peran perawat, terutama dalam konteks perawatan kasus Covid-19.

Semua perawat yang saat ini berkutat dan terlibat dalam perawatan pasien Covid-19 diseluruh rumah sakit didunia dan di Indonesia telah mengorbankan apa yang kita sebut sebagai kepentingan pribadi dan keluarga. Para perawat telah mengorbankan keselamatan dan menghadapi ancaman tertular virus yang bisa berakhir pada kematian. Sebagai bagian dari garda terdepan dalam menangani kasus Covid-19, tidak sedikit yang mengalami kelelahan baik secara fisik dan juga secara mental. Tingginya beban kerja mereka dalam menangani kasus covid-19, langkanya fasilitas alat pelindung diri (APD) serta kebutuhan nutrisi yang belum tentu adekuat, membuat imunitas tubuh menurun, sehingga resiko tertular virus semakin meningkat.

Apa Kebijakan yang perlu dilakukan agar perawat dapat terhindar dari berbagai risiko akibat pekerjaan ini? Perawat Indonesia telah berusaha dengan keras untuk meningkatkan profesionalisme dalam memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat. Sehingga sudah semestinya, pemerintah dan masyarakat memberikan apresiasi tertinggi bagi peran perawat. Banyak hal yang bisa dilakukan, antara lain dengan memberikan penghargaan secara material bagi mereka selama menjalankan tugas, dengan memprioritaskan pemberian asupan nutrisi yang adekuat, pengadaan alat pelindung diri yang sesuai standar, pemberian insentif.

Ketersediaan alat pelindung diri yang sesuai standar penanganan pasien menular infeksisu harus mengacu kepada UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tugas pokok bagi pemerintah. Karena jika APD bagi tenaga kesehatan di rumah sakit tidak tersedia dengan memadai, maka resiko penularan kemungkinan besar akan terjadi. Pemerintah dan masyarakat juga bisa memberikan dukungan moral berupa penguatan motivasi, memastikan komunikasi dengan keluarga dan keselamatan keluarga mereka terjamin dan juga berhati-hati dalam memberikan pernyataan di tengah masyarakat. Perawat di seluruh dunia termasuk di Indonesia mendedikasikan diri secara jiwa dan raga dalam menangani kasus covid-19.

Kita semua tentu menginginkan wabah covid-19 ini segera berlalu dan pemerintah mampu menangani kasus ini dengan baik. Marilah kita semua meningkatkan kewaspadaan dengan cara menerapkan perilaku mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sesering mungkin, bisa juga menggunakan handsanitizer, menutup mulut dan hidung jika batuk dan bersin, mengisolasi diri jika sedang menderita batuk dan flu, meningkatkan daya tahan tubuh dengan vitamin dan makanan bergizi. Hal penting lainnya adalah menghindari kerumunan. Apalagi saat ini telah hadir varian baru yang sangat mematikan.

Kita juga mengharapkan agar tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat yang saat ini terlibat aktif dalam penanganan kasus covid-19 dibeberapa rumah sakit di Indonesia tetap terjaga kesehatan dan keselamatan diri. Mari kita saling bekerja sama dan mendukung satu sama lain dalam menghadapi wabah covid-19.

(*)

Comment